Sabtu, 28 November 2015

Perkembangan Sosial Anak UsiaDini



MAKALAH PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA DINI
Hasil gambar untuk unp
Oleh:
NAMA           : ROSMELIA FITRI
NIM                : 1300727
JURUSAN     : PG.PAUD
LOKAL          : PAUD REGULER B

Dosen Pembimbing:

Dra. Izzati, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSTIAS NEGERI PADANG
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmad dan hidayah-Nnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Penelitian Tindakan Masalah”.
Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan sumber-sumber yang dapat dijadikan pedoman dalam penulisan makalah ini.Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan berkat rahmat Allah SWT dan pihak-pihak yang turut serta sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi terasa ringan dan dapat diatasi.
         Meskipun demikian kmai menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna.Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan agar sempurnanya makalah ini.Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, serta dapat menunjang pencapaian sasaran/tujuan terlaksananya.



Padang, 8 November 2014

Penulis



DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR                                                                                i
DAFTAR ISI                                                                                         ii

I.       PENDAHULUAN                                                             .            1
          1.1. Latar Belakang                                                                  1
          1.2. Identifikasi Masalah                                                           2
          1.3. Tujuan                                                                              2

II.        PEMBAHASAN                                                                             3
          2.1. Pengertian Perkembangan Sosial                                        3
          2.2. Ciri-ciri Perkembangan Sosial                                             4
          2.3. Macam-macam Perkembangan Sosial                                9
2.4. Tahap-tahap Perkembangan Sosial                                      11
2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial     12

III.   KESIMPULAN DAN SARAN                                                          16
DAFTAR PUSTAKA                                                                             17












BAB I
 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Perkembangan adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara teratur dan terus menerus, baik perubahan itu berupa bertambahnya jumlah atau ukuran dari hal-hal yang telah ada, maupun perubahan karena timbulnya unsur-unsur yang baru. Perkembangan meliputi perkembangan fisik, perkembangan emosi, perkembangan kognitif, dan perkembangan psiko sosial (Harlimsyah, 2007).
Morgan (1996) menyatakan bahwa respon sosial pertama dikemukakan adalah pada kasih sayang (attachment) bayi-bayi dari ibunya dalam bulan-bulan pertama masa kehidupan. Orang tua dan orang dewasa lainnyalah yang memberikan kasih sayang dan perhatian pada bayi mulai dari memberi makan, minum, pakaian, tempat tinggal sampai pendidikannya (Setiawan, 2007). Perkembangan sosial bagi anak sangat diperlukan, dimana perkembangan soial adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara terus menerus menuju pendewasaan. Anak merupakan manusia yang tumbuh dan berkembang yang akan hidup di tengah masyarakat.
Masa perkembangan anak merupakan suatu hal yang khusus, sebagai masabertumbuh dan berkembangnya semua aspek dan fungsi yang ada dalam diri anak,termasuk perkembangan fisik, intelektual dan sosial yang berlangsung secaraserentak dan seimbang (multidimensional).
Masa1 usia dini merupakan “golden ageperiod”, artinya merupakan masa emasuntuk seluruh aspek perkembanganmanusia, baik fisik, kognisi emosi maupunsosial.
Lickona (dalam Woolfolk, 2006) mengatakanbahwa variasi dalam situasiakan menghasilkan variasi dalam perilaku.Suasana yang dibangun dalam satusituasi yang mendekati kehidupan yangsebenarnya, dapat menyebabkan anakmenjadi kaya akan pengalaman. Anaktidak saja berpikir dan bertindak dari sisikognitifnya saja, namun juga menggunakanatau mengasah ranah non kognitifnya.Dengan demikian mereka dapat berkembangsecara optimal menjadi manusiaseutuhnya.
Anak belajar melalui berbagai caraantara lain melalui imitasi, melakukansesuatu atau mencoba dan mengalami(Einon, 2005). Lingkungan menyediakansesuatu yang dibutuhkan anak, dan anakakan memanfaatkan apa yang ditawarkanoleh lingkungan. Orang dewasa dapatmelatih, menjelaskan, dan mengoreksianak, atau menunjukkan sesuatu kepadaanak. Oleh karena itu yang dapat dilakukanadalah membantu anak untukmelibatkan dan mendorong anak untukmencoba dan mengalami. Anak mempunyaibakat atau kemampuan yang telahdibawa sejak lahir, namun bakat ataukemampuan tersebut tidak akan berkembangapabila tidak memperoleh rangsangandari lingkungannya

1.2. Identifikasi Masalah
Masalah pokok yang muncul dalam makalah ini meliputi:
a.       Apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial ?
b.      Apa ciri-ciri perkembangan sosial ?
c.       Apa macam-macam perkembangan sosial ?
d.      Apa tahap-tahap perkembangan sosial ?
e.       Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial ?
1.3. Tujuan
Analisis makalah ini bertujuan untuk:
a.       Mengetahuipengertian perkembangan sosial.
b.      Mengetahui ciri-ciri perkembangan sosial.
c.       Mengetahui macam-macam perkembangan sosial.
d.      Mengetahui tahap-tahap perkembangan sosial.
e.       Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial.


BAB II
 PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Perkembangan Sosial
Menurut Plato secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial (zoon politicon). Syamsuddin (1995:105) mengungkapan bahwa “sosialisasi adalah proses belajar untuk menjadi makhluk sosial”, sedangkan menurut Loree (1970:86) “sosialisasi merupakan suatu proses dimana individu (terutama) anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelompoknya) serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungannya”.
Muhibin (1999:35) mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan seterusnya. Adapun Hurlock (1978:250) mengutarakan bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. “Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma, nilai atau harapan sosial”.Abu Ahmadi juga berpendapat bahwa perkembangan sosial telah dimulai sejak manusia itu lahir.Sebagai contoh, anak menangis saat dilahirkan, atau anak tersenyum saat disapa.Hal ini membuktikan adanya interaksi sosial antara anak dan lingkungannya.
Perkembangan sosial-emosional meliputi perkembangan dalam hal emosi,kepribadian, dan hubungan interpersonal (Papalia, dkk., 2004). Selama tahun kanak-kanak awal, perkembangan sosial-emosional berkisar tentang proses sosialisasi, yaitu proses ketika anak mempelajari nilai-nilai dan perilaku yang diterima dari masyarakat (Dodge, dkk., 2002).
Anak itu merupakan pribadi-sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya. Anak ingin dicintai, ingin diakui dan dihargai. Berkeinginan pula untuk dihitung dan mendapatkan tempat dalam kelompoknya (Kartini Kartono,1982:50).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial adalah serangkaian perubahan progresif  yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman, baik dalam hal emosi, kepribadian, maupun hubungan interpersonal yang diterima dari lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang memberikan fasilitas dan arena bermain pada anak untuk pelaksanaan realisasi diri. Seorang anak yang berdiri sendiri, terpisah secara total dari masyarakat dan dari pengaruh kulturil orang dewasa, tidak mungkin jadi anak normal. Tanpa bantuan orang dewasa, anak akan mati. Tanpa bantuan manusia lain, anak tidak mungkin mencapai taraf kemanusiaan yang normal. 
2.2. Karakteristik atau Ciri-ciri Perkembangan Sosial
Pada umumnya ciri-ciri perkembangan bayi dan anak kecil sifatnya individual dan kontekstual.Bayi dapat mengalami dan menghayati secara langsung keadaan di sekitarnya melalui indera mereka seperti melihat, mendengar, mengecap, mencium, dan merasakan. Bayi yang berkembang secara normal akan secara aktif memfungsikan inderanya untuk menangkap, merasakan, dan menghayati hal-hal yang ada di luar dirinya secara langsung.
Namun aktivitas bayi secara biologis, psikologis, dan sosiologis berbeda dengan anak kecil, remaja atau orang dewasa.Seekor anak itik baru menetas dari telur bisa langsung berenang, tetapi bayi tidak mungkin langsung berjalan.Ia masih belum berdaya meskipun memiliki potensi untuk berkembang. Karena itu ia memerlukan bantuan dari orang dewasa agar ia bisa tumbuh mengenal dan memahami lingkunganya.
Dalam perkembangan sosial anak terdapat beberapa ciri dalam setiap periodenya, yaitu sebagai berikut.
1.      Periode Bayi (0-2 tahun)
Masa bayi adalah fase pertumbuhan dan perkembangan yang penting dalam sejarah kehidupan manusia.Periode ini juga dianggap periode vital karena masa ini merupakan masa pembentukan awal anak baik jasmani maupun mentalnya. Pada saat bayi lahir, kemampuan otak telah terbentuk selama dalam kandungan sekitar 50% dan kemampuan itu terus bertambah sampai dengan umur lima tahun. Pertumbuhan jasmani otak sangat bergantung kepada kodisi kesehatan.
Pada usia 1-3 bulan, aktivitas bayi dalam sehari semalam 75%, sedangkan 25% sisanya terdiri atas gerak spontan, makan, minum, dan reaksi negatif seperti menangis.
Pada usia 4-6 bulan 50% aktivitas bayi dalam sehari semalam adalah tidur, sedangkan 50% lainnya diisi dengan aktivitas gerak spontan, makan-minum, reaksi negatif, bangun yang tenang, antara bangun dan tidur, dan bereksperimen.
Pada usia 7-10 bulan 50% aktivitas bayi dalam sehari semalam tidur, 50% lainnya digunakan untuk aktivitas makan, minum, bangun yang tenang, reaksi negatif, antara bangun dan tidur, gerakan impulsif dan reaksi-reaksi lainnya. Beberapa perubahan aktivitas bayi pada bulan ke 10, anak sudah jarang menangis, menampilkan ekspresi muka yang lucu, dari merangkak mencoba belajar berdiri, berupaya menjangkau dan memegang benda sekitarnya dan memasukannya ke mulut, mulai belajar mengucapkan kata-kata untuk menyatakan pikiran dan perasaannya.
Berikut rincian perkembangan sosial anak pada periode sampai 2 tahun.
1-2 bulan
Belum mampu membedakan objek dan benda
3 bulan
1.      Otot mata sudah kuat dan mampu melihat pada orang atau objek dan mengikuti gerakan
2.      Telinga sudah mampu membedakan suara. Mulai mampu membedakan objek dan orang, siap untuk belajar menjadi manusia sosial.
3.      Senyum sosial (social smiles) apabila orang yang dikenalnya datang dan menangis apabila ditinggal.
4 bulan
Meperlihatkan tingkah laku, memperhatikan apabila ada orang yang bicara, membuat penyesuaian dengan tertawa padanya.
4-6 bulan
Tersenyum dengan bayi lain
5-6 bulan
Bereaksi berbeda terhadap suara yang ramah dan tidak.
7 bulan
Kadang-kadang agresif, menjambak, mencakar, dan sebagainya.
6-8 bulan
Memegang, melihat, merebut benda dari bayi lain
7-9 bulan
Mengikuti suara-suara, tingkah laku yang sederhana
9-13 bulan
Meniru suara, mengeksplorasi bayi lain, menjambak, dan sebagainya. Bisa bermain dengan permainan tanpa komunikasi.
12 bulan/1 tahun
Mengenal larangan.
13-18 bulan
Mulai minat terhadap bayi lain.
15 bulan
Memperlihatkan minat yan tinggi terhadap orang dewasa dan selalu ingin dekat serta mutasi dengan mereka.
24 bulan (2 tahun)
Dapat membantu melakukan aktivitas sederhana.
Menggunakan permainan sebagai alat untuk hubungan sosial. Disini mereka bermain bersama, tetapi tidak ada interaksi- salutary a paralel play.

2.      Periode Kecil (2-3 tahun)
Ciri perkembangan penting pada masa anak kecil, ialah anak oleh karena telah mencapai kematangan dalam perkembangan motorik, seperti berjalan, belari,menggulingkan badannya, menangkap, melempar, memukul, menendang; dan juga mencapai kematangan dalam berbicara, maka anak mulai memasuki fase “membebaskan diri” dari dekapan ibu dan lingkungan perlakuan sebagai bayi. Dengan kematangan yang dicapai anak kecil mulai bereksplorasi dengan lingkungan fisik dan sosial.Apa saja yang ada disekitarnya ingin di pegang, dicari tahu apa, mengapa, bagaimana.
Rasa ingin tahu (sense of curiosity) anak mulai tumbuh.Anak mulai mengembangkan hubungan sosial.Ia mulai ingin terlibat dalam aktivitas bermain dengan teman sebaya, walaupun belum intensif, cenderung bermain dengan aktivitas sendiri. Ia hanya senang berada di antara teman-temannya sambil mengamat-amati cara-cara dan aturan permainan. Dalam hal menggambar, tampak anak sekedar mencoret-coret saja sebagai awal dari masa menggambar sebenarnya.
Masa anak kecil adalah momentum awal bagi upaya melakukan pembimbingan secara intensif, sistematis, dan profesional bagi anak sebab pada masa inilah anak mulai mengembangkan kemampuan dalam simbol-simbol mental, berimaginasi, berbicara untuk berkomunikasi, menggambar, dan bermain.

3.      Periode Prasekolah (4-5 tahun)
Adapun ciri sosialisasi periode prasekolah adalah sebagai berikut :
a.       Membuat kontaksosial dengan orang di luar rumahnya.
b.      Dikenal dengan istilah Pregang Age. Dikatakan pregang karena anak prasekolah berkelompok belum mengikuti arti dari sosialisasi yang sebenarnya. Mereka mulai belajar menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan sosial.
c.       Hubungan dengan orang dewasa. Melanjutkan hubungan dan selalu ingin dekat dengan orang dewasa baik dengan orang tua maupun guru. Mereka berusaha untuk berkomunikasi dan menarik perhatian orang dewasa.
d.      Hubungan dengan teman sebaya
e.       3-4 tahun mulai bermain bersama (cooperative play). Mereka tampak mulai mengobrol selama bermain, memilih teman untuk bermain, mengurangi tingkah laku bermusuhan.

4.      Periode Usia Sekolah
Minat terhadap kelompok makin besar, mulai mengurangi keikutsertaannya pada aktivitas keluarga. Mereka membentuk kelompok (gang) sehingga ini disebut gang age. Oeranan teman sebaya pada tahap ini sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Di antara pengaruh yang ditimbulkannya pada keterampilan sosialisasi anak diantaranya sebagai berikut :
a.       Membantu anak untuk belajar bersama dengan orang lain dan bertingkah laku yang dapat diterima oleh kelompok.
b.      Membantu anak mengembangkan nila-nilai sosial lain di luar nilai orang tua.
c.       Membantu mengembangkan kepribadian yang mandiri dengan mendapatkan kepuasan emosional dari rasa berkawan.
Snowman dalam Patmonodewo (1995:29) mengemukakan beberapa karakteristik perilak sosial pada anak usia prasekolah sebagai berikut.
a.       Pada umumnya anak pada usia idni memiliki satu atau dua sahabat. Akan tetapi, sahabat ini cepat berganti. Merkea pada umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial. Sahabat yang dipilih biasanya dari jenis kelamin yang sama, kemudian berkembang menjadi bersahabat dengan anak dengan jenis kelamin yang berbeda.
b.      Kelompok bermainnya cenderung kelompok kecil, tidak terlalu terorganisasi secara baku sehingga kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
c.       Anak yang lebih kecil sering kali mengamati anak yang lebih besar.
d.      Pola bermain anak prasekolah lebih bervariasi fungsinya sesuai dengan kelas sosial dan gender. Anak dari kelas menengah lebih banyak bermain asosiatif, kooperatif, dan konstruktif, sedangkan anak perempuan lebih banyak bermain soliter, konstruktif, paralel, dan dramatik. Anak laki-laki lebih banyak bermain fungsional soliter dan asosiatif dramatis.
e.       Perselisihan sering terjadi. Akan tetapi sebentar kemudian mereka berbaikan kembali. Anak laki-laki banyak melakukan tindakan agresif dan menantang.
f.       Setelah masuk TK, pada umunya kesadaran mereka terhadap peran jenis kelamin telah berkembang. Anak laki-laki lebih senang bermain di luar, bermain kasar dan bertingkah laku agresif, sedangkan anak perempuan lebih suka bermainyang bersifat kesenian, bermain boneka atau menari. 
2.3. Macam-macam Perkembangan Sosial

a.       Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak  awal
Dari umur 2-6 tahun, anak belajar melakukan hubungan sosial dan begaul dengan orang-orang dan bergaul diluar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Masa kanak-kanak awal sering di sebut “ usia pragang” (pregang age) pada masa ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak lain meningkat dan ini sebagian menentukan bagaimana gerak maju perkembangan sosial mereka. Anak-anak yang mengikuti pendidikan prasekolah melakukan penyesuain sosial yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikanprasekolah.Karena mereka dipersiapkan secara lebih baik untuk melakukan partisipasi yang aktif dalam kelompok dibandingkan dengan anak yang aktivitas sosialnya terbatas dengan anggota keluarga dan anak-anak dari lingkungan tetanggaterdekat.Keuntungan pendidikan pra sekolah adalah memberikan pengalaman sosial dibawah bimbingan guru yang terlatih yang membantu mengembangkan hubungan yang menyenamgkan danberusaha agar anak-anak tidak mendapat perlakuan yang mungkin menyebabkan mereka menghindari hubungan sosial.  Pola prilaku dalam situasi sosial pada masa kanak-kanak awal: kerja sama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empati, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mengasingkn diri sendiri, meniru, prilaku kekuatan.
·         Hubungan dengan orang dewasa
Dengan berkembangnya keinginan terhadap kebebasan, anak-anak mulai melawan otoritas orang dewasa. Jika mereka telah memperoleh kepuasaan prilaku kelekatan pada masa kanak-kanak, mereka akan terus berusaha membina hubungan yang bersahabat dengan orang dewasa, terutama anggota keluarga.
·         Hubungan dengan anak lain
Sebelum usia 2 tahun anak kecil terlibat dalam permainan seorang diri atau searah. Sejak umur 3 atau 4 tahun, anak-anak mulai bermain bersama dengan kelompok, berbicara satu sama lain pada saat bermain, dan memilih dari anak-anak yang hadir siapa yang akan dipilih untuk bermain.
·         Bentuk umum prilaku sosial
Landasan yang diletakkan pada masa kanak-kanak awal akan menentukan cara anak menyesuaikan diri dengan orang lain dan situasi sosial jika lingkungan merekan semakin meluas dan jika mereka tidak mempunyai perlindungan dan bimbingan dari orang tua sejak bayi. Terjadinya peningkatan prilaku sosial akan tergantung pada tiga hal:
a.       Seberapa kuat keinginan untuk diterima secara social
b.      Pengetahuan mereka tentang cara memperbaiki perilaku
c.       Kemampuan intelektual yang semakin berkembang dan memungkinkan pemahaman hubungan antara prilaku mereka dengan penerimaan sosial.

b.      Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak akhir
Pada waktu mulai sekolah, anak memasuki usia geng yaitu usia pada saat itu kesadaran sosial berkembang pesat. Menjadi pribadi yang sosial merupakan satu tugas perkembangan yang terutama.  Pada masa transisi dari usia pragang masa kanak-kanak akhir, anak beralih dari satu kelompok ke kelompok lain atau dari aktivitas ke kelompok ke aktivitas individual. Pola prilaku yang dipelajari dari keangotaan gang:
1.      Kerentanan (susceptibility) terhadap penerimaan dan penolakan sosial
2.      Kepekaan yang belebihan
3.      Mudah dipengaruhi dan tidak mudah dipengaruhi
4.      Persaingan
5.      Sikap sportif
6.      Tanggung jawab
7.      Wawasan sosial
8.      Diskriminasi sosial
9.      Prasangka
10.  Antagonisme jenis kelamin 
2.4. Tahap-tahap Perkembangan Sosial

Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psikoanalisis mengidentifikasi perkembangan sosial anak
1.      Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun.
Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga.
2.      Tahap 2: Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun.
Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya. Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu.
3.      Tahap 3: Initiative vs Guilt (berinisiatif vs bersalah), usia 4-5 tahun.
Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan ber interaksi dengan lingkungannya.Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah.
4.      Tahap4: industry vs inferiority (percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun pubertas.
Anak telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri memasuki masa dewasa.Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu.Bila anak mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri. 
2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial AUD

Menurut Hurlock (1998) factor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak yaitu :
1.      Keluarga
1.      Hubungan antar orang tua, antar saudara antar anak dengan orang tua.
Hubungan anak dengan orangtua ataupun saudara akan terjalin rasa kasih saying, dimana anak akan lebih terbuka dalam melakukan interaksi karena terjalinnya hubungan yang baik yang di tunjang oleh komunikasi yang tepat. Peran orang tua akan membimbing sang anak untuk mengenal lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
2.      Urutan anak dalam keluarga (sulung/tengah/bungsu)
Urutan posisi anak dalam keluarga berpengaruh pada anak misalnya sang anak merupakan anak terakhir maka dipastikan sang anak selalu bergantung pada orangtua dan saudaranya. Jika hal ini terjadi akan berpengaruh pada tingkat kemandirian anak tersebut.
3.      Jumlah keluarga
Pada dasarnya jumlah anggota yang besar berbeda dengan jumlah anggota yang sedikit, maka perhatian, waktu dan kasih saying lebih banyak tercurahkan, dimana segala bentuk aktifitas dapat ditemani ataupun dibantu.Hal ii berbeda dengan anak dengan keluarga yang besar.
4.      Perlakuan keluarga terhadap anak
Adanya perlakuan keluarga terhadap anak prasekolah secara langsung mempengaruhi pribadi dan gerakan sang anak, dimana dalam keluarga tertanam rasa saling perhatian, tidak kasar dan selalu merespon setiap kegiatan anak, maka dapat berpengaruh terhadap perkembangan anak yang lebih baik dan terarah.
5.      Harapan orang tua terhadap anak
Setiap orangtua memiliki harapan mempunyai anak yang baik, cerdas dan terarah dalam masa depannya.Harapan orangtua adalah mempunyai anak yang memilikiperkembangan sesuai dengan pertumbuhannya.Artinya bahwa perkembangan anak pra sekolah yang sekolah bertujuan mempunyai arah sesuai perkembangannya.

2.      Factor diluar keluarga
a)      Interaksi dengan teman sebaya
Setiap anak jika mempunyai perkembangan yang baik, maka secara alami dapat berinteraksi dengan temannya tanpa harus disuruh atau dditemani keluarga karena anak memiliki arahan yang jelas.
b)      Hubungan dengan orang dewasa diluar rumah
Jika seorang anak selalu bergaul dengan siapa saja maka sang anak dapat menyesuaikan lingkungan orang dewasa dimana anak tanpa malu-malu berinteraksi dengan orang yang lebih dewasa darinya.
Juga menurut Hurlock:
1)      Kemampuan untuk dapat diterima dikelompok
Anak-anak yang populer dan melihat kemungkinan memperoleh penerimaan kelompok lebih di pengaruhi kelompok, kurang di pengaruhi keluarga dibangdingkan hubungan anak-anak yang pergaulannya dengan kelompok tidak begitu akrab. Anak-anak yang hanya melihat adanya kesempatan kecil untuk dapat diterima kelompok mempunyai motivasi kecil pula untuk menyesuaikan diri dengan standar kelompok
2)      Keamanan karena status dalam kelompok
Anak-anak yang merasa aman dalam kelompok akan lebih bebas dalam mengekspresikan ketidak cocokan mereka dengan pendapat anggota lainnya. Sebaliknya, mereka yang merasa tidak aman akan menyesuikan diri sebaik mungkin dan mengukuti anggota lainnya.
3)      Tipe kelompok
Pengaruh kelompok berasal dari jarak sosial yaitu derajat hubungan kasih sayang diantara para anggota kelompok. Pada kelompok primer  ( antara lain keluarga atau kelompok teman sebaya) ikatan hubungan dalam kelompok lebih kuat dibandingkan dengan pada kelompok sekunder(antara lain kelompok bermain yang diorganisasikan atau perkumpulan sosial) atau pada kelompok tertier ( antara lain orang-orang yang berhubungan dengan anak minsalnya di dalam bus)
4)      Perbedaan keanggotaan dalam kelompok
Dalam sebuah kelompok, pengaruh terbesar biasanya timbul dari pemimpin kelompok dan pengaruh yang terkecil berasal dari anggota yang paling tidak populer.
5)      Kepribadiaan
Anak-anak yang merasa tak mampu atau rendah diri lebih banyak dipengaruhi oleh kelompok di bandingkan dengan mereka yang memiliki kepercayaan pada diri sendiri yang besar dan yang lebih menerima diri sendiri.
6)      Motif menggabungkan diri
Semakin kuat motif anak-anak untuk menggabungkan diri ( affilation motive) yaitu, keinginan untuk diterima, semakin rentan mereka terhadap pengaruh anggota lainnya, terutama pengaruh dari mereka yang mempunyai status tinggi dalam kelompok.

Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak menurut pendapat yang lain adalah:
1.      Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.
2.      Kematangan
Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.

3.      Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
4.      Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
5.      Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak  hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi perpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak.









BAIII
 KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a.       Perkembangan sosial bagi anak sangat diperlukan, dimana perkembangan soial adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara terus menerus menuju pendewasaan.
b.      Sejak bayi, seseorang sudah mengembangkan hubungan sosial melalui senyuman dan suara-suara yang ditujukan kepada bayi lain. Dengan bertambahnya usia, hubungan yang terbentuk menjadi lebih timbal balik dan makin kompleks pada masa usia sekolah.
c.       Anak yang berkembang dengan baik dalam aspek-aspek sosial-emosional akan memiliki kualitas diri yang positif.
d.      Dalam mengembangkan aspek sosial pada anak, perlu stimulasi-stimulasi dari berbagai aspek pendorong, baik dari keluarga, lingkungan, maupun masyarakat
3.2. Saran
a.       Disarankan kepada pendidik maupun masyarakat agar mampu memahami perubahan pola tingkah laku dan sosial-emosional anak serta mampu menstimulasinya dengan baik.





DAFTAR PUSTAKA

Hildayani, Rini dkk. 2007. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hurlock, Elizabeth. 1996. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Kartono, Kartini. 1986. Psikhologi Anak. Bandung: Alumni.
Nugraha, Ali. 2008. Metode Pengembangan Sosial. Jakarta: Universitas Terbuka.
Setiono, Kusdwiratri. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: Widya Padjadjaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar