MAKALAH PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK
USIA DINI
Oleh:
NAMA : ROSMELIA FITRI
NIM : 1300727
JURUSAN : PG.PAUD
LOKAL : PAUD REGULER B
Dosen Pembimbing:
Dra.
Izzati, M.Pd
JURUSAN
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSTIAS
NEGERI PADANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmad dan
hidayah-Nnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Penelitian
Tindakan Masalah”.
Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan sumber-sumber yang dapat
dijadikan pedoman dalam penulisan makalah ini.Dalam
penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan berkat rahmat Allah SWT dan
pihak-pihak yang turut serta sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
terasa ringan dan dapat diatasi.
Meskipun demikian kmai menyadari bahwa
makalah ini masih belum sempurna.Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun kami harapkan agar sempurnanya makalah ini.Kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, serta dapat menunjang pencapaian
sasaran/tujuan terlaksananya.
Padang, 8
November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
I. PENDAHULUAN . 1
1.1.
Latar Belakang 1
1.2.
Identifikasi Masalah 2
1.3.
Tujuan 2
II. PEMBAHASAN 3
2.1. Pengertian Perkembangan Sosial 3
2.2. Ciri-ciri Perkembangan Sosial 4
2.3. Macam-macam Perkembangan
Sosial 9
2.4. Tahap-tahap
Perkembangan Sosial 11
2.5. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Sosial 12
III.
KESIMPULAN DAN SARAN 16
DAFTAR PUSTAKA 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Perkembangan adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara teratur
dan terus menerus, baik perubahan itu berupa bertambahnya jumlah atau ukuran
dari hal-hal yang telah ada, maupun perubahan karena timbulnya unsur-unsur yang
baru. Perkembangan meliputi perkembangan fisik, perkembangan emosi,
perkembangan kognitif, dan perkembangan psiko sosial (Harlimsyah, 2007).
Morgan (1996) menyatakan bahwa respon sosial pertama dikemukakan adalah
pada kasih sayang (attachment)
bayi-bayi dari ibunya dalam bulan-bulan pertama masa kehidupan. Orang tua dan
orang dewasa lainnyalah yang memberikan kasih sayang dan perhatian pada bayi
mulai dari memberi makan, minum, pakaian, tempat tinggal sampai pendidikannya
(Setiawan, 2007). Perkembangan sosial bagi anak sangat diperlukan, dimana
perkembangan soial adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara terus
menerus menuju pendewasaan. Anak merupakan manusia yang tumbuh dan berkembang
yang akan hidup di tengah masyarakat.
Masa perkembangan anak merupakan suatu hal yang khusus, sebagai
masabertumbuh dan berkembangnya semua aspek dan fungsi yang ada dalam diri
anak,termasuk perkembangan fisik, intelektual dan sosial yang berlangsung
secaraserentak dan seimbang (multidimensional).
Masa1 usia dini merupakan
“golden ageperiod”, artinya merupakan masa emasuntuk seluruh aspek
perkembanganmanusia, baik fisik, kognisi emosi maupunsosial.
Lickona (dalam Woolfolk, 2006) mengatakanbahwa variasi dalam situasiakan
menghasilkan variasi dalam perilaku.Suasana yang dibangun dalam satusituasi
yang mendekati kehidupan yangsebenarnya, dapat menyebabkan anakmenjadi kaya
akan pengalaman. Anaktidak saja berpikir dan bertindak dari sisikognitifnya
saja, namun juga menggunakanatau mengasah ranah non kognitifnya.Dengan demikian
mereka dapat berkembangsecara optimal menjadi manusiaseutuhnya.
Anak belajar melalui berbagai caraantara lain melalui imitasi,
melakukansesuatu atau mencoba dan mengalami(Einon, 2005). Lingkungan
menyediakansesuatu yang dibutuhkan anak, dan anakakan memanfaatkan apa yang
ditawarkanoleh lingkungan. Orang dewasa dapatmelatih, menjelaskan, dan
mengoreksianak, atau menunjukkan sesuatu kepadaanak. Oleh karena itu yang dapat
dilakukanadalah membantu anak untukmelibatkan dan mendorong anak untukmencoba
dan mengalami. Anak mempunyaibakat atau kemampuan yang telahdibawa sejak lahir,
namun bakat ataukemampuan tersebut tidak akan berkembangapabila tidak
memperoleh rangsangandari lingkungannya
1.2. Identifikasi Masalah
Masalah pokok yang muncul dalam makalah ini meliputi:
a.
Apa
yang dimaksud dengan perkembangan sosial ?
b. Apa ciri-ciri perkembangan sosial ?
c. Apa macam-macam perkembangan sosial ?
d. Apa tahap-tahap perkembangan sosial ?
e. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial ?
1.3.
Tujuan
Analisis makalah ini bertujuan untuk:
a.
Mengetahuipengertian perkembangan sosial.
b. Mengetahui ciri-ciri
perkembangan sosial.
c. Mengetahui macam-macam perkembangan sosial.
d. Mengetahui tahap-tahap perkembangan sosial.
e. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Perkembangan Sosial
Menurut Plato secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk
sosial (zoon politicon). Syamsuddin
(1995:105) mengungkapan bahwa “sosialisasi adalah proses belajar untuk menjadi
makhluk sosial”, sedangkan menurut Loree (1970:86) “sosialisasi merupakan suatu
proses dimana individu (terutama) anak melatih kepekaan dirinya terhadap
rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan
(kelompoknya) serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain
di dalam lingkungannya”.
Muhibin (1999:35) mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan proses
pembentukan social self (pribadi
dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan
seterusnya. Adapun Hurlock (1978:250) mengutarakan bahwa perkembangan sosial
merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.
“Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma, nilai atau
harapan sosial”.Abu
Ahmadi juga berpendapat
bahwa perkembangan sosial telah dimulai sejak manusia itu lahir.Sebagai contoh,
anak menangis saat dilahirkan, atau anak tersenyum saat disapa.Hal ini
membuktikan adanya interaksi sosial antara anak dan lingkungannya.
Perkembangan sosial-emosional meliputi
perkembangan dalam hal emosi,kepribadian, dan hubungan interpersonal (Papalia,
dkk., 2004). Selama tahun kanak-kanak awal, perkembangan sosial-emosional
berkisar tentang proses sosialisasi, yaitu proses ketika anak mempelajari
nilai-nilai dan perilaku yang diterima dari masyarakat (Dodge, dkk., 2002).
Anak itu merupakan pribadi-sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang
lain untuk memanusiakan dirinya. Anak ingin dicintai, ingin diakui dan
dihargai. Berkeinginan pula untuk dihitung dan mendapatkan tempat dalam
kelompoknya (Kartini Kartono,1982:50).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa perkembangan sosial adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses
kematangan dan pengalaman, baik dalam hal emosi, kepribadian, maupun hubungan
interpersonal yang diterima dari lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah
yang memberikan fasilitas dan arena bermain pada anak untuk pelaksanaan
realisasi diri. Seorang anak yang berdiri sendiri, terpisah secara total dari
masyarakat dan dari pengaruh kulturil orang dewasa, tidak mungkin jadi anak
normal. Tanpa bantuan orang dewasa, anak akan mati. Tanpa bantuan manusia lain,
anak tidak mungkin mencapai taraf kemanusiaan yang normal.
2.2. Karakteristik atau Ciri-ciri Perkembangan Sosial
2.2. Karakteristik atau Ciri-ciri Perkembangan Sosial
Pada umumnya ciri-ciri perkembangan bayi dan anak
kecil sifatnya individual dan kontekstual.Bayi dapat mengalami dan menghayati
secara langsung keadaan di sekitarnya melalui indera mereka seperti melihat,
mendengar, mengecap, mencium, dan merasakan. Bayi yang berkembang secara normal
akan secara aktif memfungsikan inderanya untuk menangkap,
merasakan, dan menghayati hal-hal yang ada di luar dirinya secara langsung.
Namun aktivitas bayi secara biologis, psikologis, dan
sosiologis berbeda dengan anak kecil, remaja atau orang dewasa.Seekor anak itik
baru menetas dari telur bisa langsung
berenang, tetapi bayi tidak mungkin langsung berjalan.Ia masih belum berdaya
meskipun memiliki potensi untuk berkembang. Karena itu ia memerlukan bantuan
dari orang dewasa agar ia bisa tumbuh mengenal dan memahami lingkunganya.
Dalam
perkembangan sosial anak terdapat beberapa ciri dalam setiap periodenya, yaitu
sebagai berikut.
1.
Periode Bayi (0-2 tahun)
Masa bayi
adalah fase pertumbuhan dan perkembangan yang penting dalam sejarah kehidupan
manusia.Periode ini juga dianggap periode vital karena masa ini merupakan masa
pembentukan awal anak baik jasmani maupun mentalnya. Pada saat bayi lahir,
kemampuan otak telah terbentuk selama dalam kandungan sekitar 50% dan kemampuan
itu terus bertambah sampai dengan umur lima tahun. Pertumbuhan jasmani otak
sangat bergantung kepada kodisi kesehatan.
Pada usia
1-3 bulan, aktivitas bayi dalam sehari semalam 75%, sedangkan 25% sisanya
terdiri atas gerak spontan, makan, minum, dan reaksi
negatif seperti menangis.
Pada usia
4-6 bulan 50% aktivitas bayi dalam sehari semalam adalah tidur, sedangkan 50%
lainnya diisi dengan aktivitas gerak spontan, makan-minum, reaksi negatif,
bangun yang tenang, antara bangun dan tidur, dan bereksperimen.
Pada usia
7-10 bulan 50% aktivitas bayi dalam sehari semalam tidur, 50% lainnya digunakan
untuk aktivitas makan, minum, bangun yang tenang, reaksi negatif, antara bangun
dan tidur, gerakan impulsif dan reaksi-reaksi lainnya. Beberapa perubahan aktivitas
bayi pada bulan ke 10, anak sudah jarang menangis, menampilkan ekspresi muka
yang lucu, dari merangkak mencoba belajar berdiri, berupaya menjangkau dan
memegang benda sekitarnya dan memasukannya ke mulut, mulai belajar mengucapkan
kata-kata untuk menyatakan pikiran dan perasaannya.
Berikut rincian perkembangan sosial anak pada periode sampai 2 tahun.
1-2 bulan
|
Belum mampu membedakan objek dan benda
|
3 bulan
|
1.
Otot mata
sudah kuat dan mampu melihat pada orang atau objek dan mengikuti gerakan
2.
Telinga sudah
mampu membedakan suara. Mulai mampu membedakan objek dan orang, siap untuk
belajar menjadi manusia sosial.
3.
Senyum sosial
(social smiles) apabila orang yang
dikenalnya datang dan menangis apabila ditinggal.
|
4 bulan
|
Meperlihatkan tingkah laku, memperhatikan apabila ada orang yang bicara,
membuat penyesuaian dengan tertawa padanya.
|
4-6 bulan
|
Tersenyum dengan bayi lain
|
5-6 bulan
|
Bereaksi berbeda terhadap suara yang ramah dan tidak.
|
7 bulan
|
Kadang-kadang agresif, menjambak, mencakar, dan sebagainya.
|
6-8 bulan
|
Memegang, melihat, merebut benda dari bayi lain
|
7-9 bulan
|
Mengikuti suara-suara, tingkah laku yang sederhana
|
9-13 bulan
|
Meniru suara, mengeksplorasi bayi lain, menjambak, dan sebagainya. Bisa
bermain dengan permainan tanpa komunikasi.
|
12 bulan/1
tahun
|
Mengenal larangan.
|
13-18 bulan
|
Mulai minat terhadap bayi lain.
|
15 bulan
|
Memperlihatkan minat yan tinggi terhadap orang dewasa dan selalu ingin
dekat serta mutasi dengan mereka.
|
24 bulan (2
tahun)
|
Dapat membantu melakukan aktivitas sederhana.
Menggunakan permainan sebagai alat untuk hubungan sosial. Disini mereka
bermain bersama, tetapi tidak ada interaksi- salutary a paralel play.
|
2.
Periode Kecil (2-3 tahun)
Ciri
perkembangan penting pada masa anak kecil, ialah anak oleh karena telah
mencapai kematangan dalam perkembangan motorik, seperti berjalan,
belari,menggulingkan badannya, menangkap, melempar, memukul, menendang; dan
juga mencapai kematangan dalam berbicara, maka anak mulai memasuki fase
“membebaskan diri” dari dekapan ibu dan lingkungan perlakuan sebagai bayi.
Dengan kematangan yang dicapai anak kecil mulai bereksplorasi dengan lingkungan
fisik dan sosial.Apa saja yang ada disekitarnya ingin di pegang, dicari tahu
apa, mengapa, bagaimana.
Rasa ingin
tahu (sense of curiosity) anak mulai tumbuh.Anak mulai mengembangkan hubungan
sosial.Ia mulai ingin terlibat dalam aktivitas bermain dengan teman sebaya,
walaupun belum intensif, cenderung bermain dengan aktivitas sendiri. Ia hanya
senang berada di antara teman-temannya sambil mengamat-amati cara-cara dan
aturan permainan. Dalam hal menggambar, tampak anak sekedar mencoret-coret saja
sebagai awal dari masa menggambar sebenarnya.
Masa anak
kecil adalah momentum awal bagi upaya melakukan pembimbingan secara intensif,
sistematis, dan profesional bagi anak sebab pada masa inilah anak mulai mengembangkan
kemampuan dalam simbol-simbol mental, berimaginasi, berbicara untuk
berkomunikasi, menggambar, dan bermain.
3.
Periode Prasekolah (4-5 tahun)
Adapun ciri sosialisasi periode prasekolah adalah sebagai berikut :
a.
Membuat
kontaksosial dengan orang di luar rumahnya.
b.
Dikenal dengan
istilah Pregang Age. Dikatakan pregang karena anak prasekolah
berkelompok belum mengikuti arti dari sosialisasi yang sebenarnya. Mereka mulai
belajar menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan sosial.
c.
Hubungan dengan
orang dewasa. Melanjutkan hubungan dan selalu ingin dekat dengan orang dewasa
baik dengan orang tua maupun guru. Mereka berusaha untuk berkomunikasi dan
menarik perhatian orang dewasa.
d.
Hubungan dengan
teman sebaya
e.
3-4 tahun mulai
bermain bersama (cooperative play). Mereka
tampak mulai mengobrol selama bermain, memilih teman untuk bermain, mengurangi
tingkah laku bermusuhan.
4.
Periode Usia Sekolah
Minat terhadap kelompok makin besar, mulai mengurangi keikutsertaannya pada
aktivitas keluarga. Mereka membentuk kelompok (gang) sehingga ini disebut gang
age. Oeranan teman sebaya pada tahap ini sangat penting dan berpengaruh
terhadap perkembangan sosial anak. Di antara pengaruh yang ditimbulkannya pada
keterampilan sosialisasi anak diantaranya sebagai berikut :
a.
Membantu anak
untuk belajar bersama dengan orang lain dan bertingkah laku yang dapat diterima
oleh kelompok.
b.
Membantu anak
mengembangkan nila-nilai sosial lain di luar nilai orang tua.
c.
Membantu
mengembangkan kepribadian yang mandiri dengan mendapatkan kepuasan emosional
dari rasa berkawan.
Snowman dalam Patmonodewo (1995:29) mengemukakan
beberapa karakteristik perilak sosial pada anak usia prasekolah sebagai
berikut.
a.
Pada umumnya
anak pada usia idni memiliki satu atau dua sahabat. Akan tetapi, sahabat ini
cepat berganti. Merkea pada umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara
sosial. Sahabat yang dipilih biasanya dari jenis kelamin yang sama, kemudian
berkembang menjadi bersahabat dengan anak dengan jenis kelamin yang berbeda.
b.
Kelompok
bermainnya cenderung kelompok kecil, tidak terlalu terorganisasi secara baku
sehingga kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
c.
Anak yang lebih
kecil sering kali mengamati anak yang lebih besar.
d.
Pola bermain
anak prasekolah lebih bervariasi fungsinya sesuai dengan kelas sosial dan
gender. Anak dari kelas menengah lebih banyak bermain asosiatif, kooperatif,
dan konstruktif, sedangkan anak perempuan lebih banyak bermain soliter,
konstruktif, paralel, dan dramatik. Anak laki-laki lebih banyak bermain
fungsional soliter dan asosiatif dramatis.
e.
Perselisihan
sering terjadi. Akan tetapi sebentar kemudian mereka berbaikan kembali. Anak
laki-laki banyak melakukan tindakan agresif dan menantang.
f.
Setelah masuk
TK, pada umunya kesadaran mereka terhadap peran jenis kelamin telah berkembang.
Anak laki-laki lebih senang bermain di luar, bermain kasar dan bertingkah laku
agresif, sedangkan anak perempuan lebih suka bermainyang bersifat kesenian,
bermain boneka atau menari.
2.3. Macam-macam Perkembangan Sosial
2.3. Macam-macam Perkembangan Sosial
a. Perkembangan
sosial pada masa kanak-kanak awal
Dari umur
2-6 tahun, anak belajar melakukan hubungan sosial dan begaul dengan orang-orang
dan bergaul diluar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya.
Masa kanak-kanak awal sering di sebut “ usia pragang” (pregang age) pada masa
ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak lain meningkat dan ini
sebagian menentukan bagaimana gerak maju perkembangan sosial mereka. Anak-anak
yang mengikuti pendidikan prasekolah melakukan penyesuain sosial yang lebih
baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikanprasekolah.Karena
mereka dipersiapkan secara lebih baik untuk melakukan partisipasi yang aktif
dalam kelompok dibandingkan dengan anak yang aktivitas sosialnya terbatas
dengan anggota keluarga dan anak-anak dari lingkungan tetanggaterdekat.Keuntungan
pendidikan pra sekolah adalah memberikan pengalaman sosial dibawah bimbingan
guru yang terlatih yang membantu mengembangkan hubungan yang menyenamgkan danberusaha
agar anak-anak tidak mendapat perlakuan yang mungkin menyebabkan mereka
menghindari hubungan sosial. Pola prilaku dalam situasi sosial pada masa
kanak-kanak awal: kerja sama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan
penerimaan sosial, simpati, empati, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak
mengasingkn diri sendiri, meniru, prilaku kekuatan.
·
Hubungan dengan orang dewasa
Dengan
berkembangnya keinginan terhadap kebebasan, anak-anak mulai melawan otoritas
orang dewasa. Jika mereka telah memperoleh kepuasaan prilaku kelekatan pada
masa kanak-kanak, mereka akan terus berusaha membina hubungan yang bersahabat
dengan orang dewasa, terutama anggota keluarga.
·
Hubungan dengan anak lain
Sebelum usia
2 tahun anak kecil terlibat dalam permainan seorang diri atau searah. Sejak
umur 3 atau 4 tahun, anak-anak mulai bermain bersama dengan kelompok, berbicara
satu sama lain pada saat bermain, dan memilih dari anak-anak yang hadir siapa
yang akan dipilih untuk bermain.
·
Bentuk umum prilaku sosial
Landasan
yang diletakkan pada masa kanak-kanak awal akan menentukan cara anak
menyesuaikan diri dengan orang lain dan situasi sosial jika lingkungan merekan
semakin meluas dan jika mereka tidak mempunyai perlindungan dan bimbingan dari
orang tua sejak bayi. Terjadinya peningkatan prilaku sosial akan tergantung
pada tiga hal:
a. Seberapa
kuat keinginan untuk diterima secara social
b. Pengetahuan
mereka tentang cara memperbaiki perilaku
c. Kemampuan
intelektual yang semakin berkembang dan memungkinkan pemahaman hubungan antara
prilaku mereka dengan penerimaan sosial.
b. Perkembangan
sosial pada masa kanak-kanak akhir
Pada waktu
mulai sekolah, anak memasuki usia geng yaitu usia pada saat itu kesadaran
sosial berkembang pesat. Menjadi pribadi yang sosial merupakan satu tugas
perkembangan yang terutama. Pada masa transisi dari usia pragang masa
kanak-kanak akhir, anak beralih dari satu kelompok ke kelompok lain atau dari
aktivitas ke kelompok ke aktivitas individual. Pola prilaku yang dipelajari
dari keangotaan gang:
1. Kerentanan
(susceptibility) terhadap penerimaan dan penolakan sosial
2. Kepekaan
yang belebihan
3. Mudah
dipengaruhi dan tidak mudah dipengaruhi
4. Persaingan
5. Sikap
sportif
6. Tanggung
jawab
7. Wawasan
sosial
8. Diskriminasi
sosial
9. Prasangka
10. Antagonisme
jenis kelamin
2.4. Tahap-tahap Perkembangan Sosial
2.4. Tahap-tahap Perkembangan Sosial
Erik Erikson (1950)
dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psikoanalisis mengidentifikasi
perkembangan sosial anak
1. Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga),
usia 0-2 tahun.
Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak
mendapat pengalaman yang menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya
pengalaman yang kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga.
2. Tahap 2: Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu),
usia 2-3 tahun.
Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau
melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya. Anak pada masa ini bila sudah merasa
mampu menguasai anggota tubuhnya dapat meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila
lingkungan tidak memberi kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak
akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu.
3. Tahap 3: Initiative vs Guilt (berinisiatif vs
bersalah), usia 4-5 tahun.
Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas
dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan ber interaksi dengan lingkungannya.Kondisi lepas dari orang tua
menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa
bersalah.
4. Tahap4: industry vs inferiority (percaya diri vs rasa
rendah diri), usia 6 tahun pubertas.
Anak telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan
untuk menyiapkan diri memasuki masa dewasa.Perlu memiliki suatu keterampilan
tertentu.Bila anak mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat
menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa
rendah diri.
2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial AUD
Menurut Hurlock (1998) factor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak
yaitu :
1. Keluarga
1. Hubungan antar orang tua, antar saudara antar anak dengan orang tua.
Hubungan anak dengan orangtua ataupun saudara akan terjalin rasa kasih
saying, dimana anak akan lebih
terbuka dalam melakukan interaksi karena terjalinnya hubungan yang baik yang di
tunjang oleh komunikasi yang tepat. Peran orang tua akan membimbing sang anak
untuk mengenal lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
2. Urutan anak dalam keluarga (sulung/tengah/bungsu)
Urutan posisi anak dalam keluarga berpengaruh pada anak misalnya sang anak
merupakan anak terakhir maka dipastikan sang anak selalu bergantung pada
orangtua dan saudaranya. Jika hal ini terjadi akan berpengaruh pada tingkat
kemandirian anak tersebut.
3. Jumlah keluarga
Pada dasarnya jumlah anggota yang besar berbeda dengan jumlah anggota yang
sedikit, maka perhatian, waktu dan kasih saying lebih banyak tercurahkan,
dimana segala bentuk aktifitas dapat ditemani ataupun dibantu.Hal ii berbeda
dengan anak dengan keluarga yang besar.
4. Perlakuan keluarga terhadap anak
Adanya perlakuan keluarga terhadap anak prasekolah secara langsung
mempengaruhi pribadi dan gerakan sang anak, dimana dalam keluarga tertanam rasa
saling perhatian, tidak kasar dan selalu merespon setiap kegiatan anak, maka
dapat berpengaruh terhadap perkembangan anak yang lebih baik dan terarah.
5. Harapan orang tua terhadap anak
Setiap orangtua memiliki harapan mempunyai anak yang baik, cerdas dan
terarah dalam masa depannya.Harapan orangtua adalah mempunyai anak yang
memilikiperkembangan sesuai dengan pertumbuhannya.Artinya bahwa perkembangan
anak pra sekolah yang sekolah bertujuan mempunyai arah sesuai perkembangannya.
2. Factor diluar keluarga
a) Interaksi dengan teman sebaya
Setiap anak jika mempunyai perkembangan yang baik, maka secara alami dapat
berinteraksi dengan temannya tanpa harus disuruh atau dditemani keluarga karena
anak memiliki arahan yang jelas.
b) Hubungan dengan orang dewasa diluar rumah
Jika seorang anak selalu bergaul dengan siapa saja maka sang anak dapat
menyesuaikan lingkungan orang dewasa dimana anak tanpa malu-malu berinteraksi
dengan orang yang lebih dewasa darinya.
Juga menurut Hurlock:
1) Kemampuan untuk dapat diterima dikelompok
Anak-anak yang populer dan melihat kemungkinan memperoleh penerimaan
kelompok lebih di pengaruhi kelompok, kurang di pengaruhi keluarga
dibangdingkan hubungan anak-anak yang pergaulannya dengan kelompok tidak begitu
akrab. Anak-anak yang hanya melihat adanya kesempatan kecil untuk dapat
diterima kelompok mempunyai motivasi kecil pula untuk menyesuaikan diri dengan
standar kelompok
2) Keamanan karena status dalam kelompok
Anak-anak yang merasa aman dalam kelompok akan lebih bebas dalam
mengekspresikan ketidak cocokan mereka dengan pendapat anggota lainnya.
Sebaliknya, mereka yang merasa tidak aman akan menyesuikan diri sebaik mungkin
dan mengukuti anggota lainnya.
3) Tipe kelompok
Pengaruh kelompok berasal dari jarak sosial yaitu derajat hubungan kasih
sayang diantara para anggota kelompok. Pada kelompok primer ( antara lain
keluarga atau kelompok teman sebaya) ikatan hubungan dalam kelompok lebih kuat
dibandingkan dengan pada kelompok sekunder(antara lain kelompok bermain yang
diorganisasikan atau perkumpulan sosial) atau pada kelompok tertier ( antara
lain orang-orang yang berhubungan dengan anak minsalnya di dalam bus)
4) Perbedaan keanggotaan dalam kelompok
Dalam sebuah kelompok, pengaruh terbesar biasanya timbul dari pemimpin
kelompok dan pengaruh yang terkecil berasal dari anggota yang paling tidak
populer.
5) Kepribadiaan
Anak-anak yang merasa tak mampu atau rendah diri lebih banyak dipengaruhi
oleh kelompok di bandingkan dengan mereka yang memiliki kepercayaan pada diri sendiri
yang besar dan yang lebih menerima diri sendiri.
6) Motif menggabungkan diri
Semakin kuat motif anak-anak untuk menggabungkan diri ( affilation motive)
yaitu, keinginan untuk diterima, semakin rentan mereka terhadap pengaruh
anggota lainnya, terutama pengaruh dari mereka yang mempunyai status tinggi
dalam kelompok.
Faktor yang mempengaruhi
perkembangan sosial anak menurut pendapat yang lain adalah:
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap
berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan
tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi
sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian
anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi
dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.
2. Kematangan
Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan
psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima
nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping
itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga
dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang
telah ditanamkan oleh keluarganya.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat
pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan
warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang
akan datang.
5. Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti
kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi
perpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan
intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika
perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan
perkembangan sosial anak.
BAIII
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a.
Perkembangan
sosial bagi anak sangat diperlukan, dimana perkembangan soial adalah suatu
proses perubahan yang berlangsung secara terus menerus menuju pendewasaan.
b.
Sejak
bayi, seseorang sudah mengembangkan hubungan sosial melalui senyuman dan
suara-suara yang ditujukan kepada bayi lain. Dengan bertambahnya usia, hubungan
yang terbentuk menjadi lebih timbal balik dan makin kompleks pada masa usia
sekolah.
c.
Anak
yang berkembang dengan baik dalam aspek-aspek sosial-emosional akan memiliki
kualitas diri yang positif.
d.
Dalam
mengembangkan aspek sosial pada anak, perlu stimulasi-stimulasi dari berbagai
aspek pendorong, baik dari keluarga, lingkungan, maupun masyarakat
3.2.
Saran
a. Disarankan
kepada pendidik maupun masyarakat agar mampu memahami perubahan pola tingkah laku dan sosial-emosional anak serta mampu
menstimulasinya dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Hildayani, Rini dkk. 2007. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hurlock, Elizabeth. 1996. Psikologi Perkembangan : Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Kartono, Kartini. 1986. Psikhologi Anak. Bandung: Alumni.
Nugraha, Ali. 2008. Metode
Pengembangan Sosial. Jakarta: Universitas Terbuka.
Setiono, Kusdwiratri. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: Widya Padjadjaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar