Kontrol Diri
1.Pengertian Kontrol
Diri
Menurut
Chaplin (2002) kontrol diri adalah kemampuan untukmembimbing tingkah lakunya
sendiri; kemampuan untuk menekanatau merintangi impuls-implus atau tingkah laku
yangimpulsif.
Kontrol
diri didefinisikan Roberts (dalam Ghufron, 2011) sebagaisuatu jalinan yang
secara utuh atau terintegrasi antara individu denganlingkungannya. Individu
yang memiliki kontrol diri tinggi berusahamenemukan dan menerapkan cara yang
tepat untuk berperilaku dalamsituasi yang bervariasi. Kontrol diri mempengaruhi
individu untukmengubah perilakunya sesuai dengan situasi sosial sehingga
dapatmengatur kesan lebih responsif terhadap petunjuk situasional,fleksibel,
dan bersikap hangat serta terbuka.
Marvin
R. Goldfried dan MichaelMerbaum (dalam Ghufron,2011)berpendapat kontrol diri
secara fungsional didefinisikan sebagaikonsep dimana ada atau tidak adanya
seseorang memiliki kemampuanuntuk mengontrol tingkah lakunya yang tidak
hanyaditentukan caradan teknik yang digunakan melainkan berdasarkan konsekuensi
dariapa yang mereka lakukan.
Hurlock
(1990) mengatakan kontrol diri berkaitan denganbagaimana individu mengendalikan
emosi serta dorongan-dorongandalam dirinya.
Menurut
Berk dalam Gunarsa (2004), kontrol diri adalahkemampuan individu utuk menahan keinginan
atau dorongan sesaatyang bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai
dengannorma sosial.
Menurut
Calhoun dan Acocella (1995) Mengenai pengertiankontrol diri, beberapa psikolog
penganut behaviorisme memberikanbatasan-batasan. Batasan tersebut adalah
sebagai berikut: seseorangmenggunakan kontrol dirinya, bila demi tujuan jangka
panjang,individu dengan sengaja menghindari perilaku yang biasa dikerjakanatau
yang segera memuaskannya yang tersedia secara bebas baginya,tetapi malah
menggantinya dengan perilaku yang kurang biasa ataumenawarkan kesenangan yang
tidak segera dirasakan.
Berdasarkan dari
beberapa uraiandi atas makadapat ditegaskanbahwa yang dimaksud kontrol diri
dalam bentuk penelitian ini adalahkemampuan seseorang untuk menahan keinginan
dan mengendalikantingkah lakunya sendiri, mampu mengendalikan emosi serta
dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang berhubungandengan
oranglain,lingkungan, pengalamandalam bentukfisik maupun psikologis
untukmemperoleh tujuan di masa depan dan dinilai secara sosial.
Mesina
& Messina dalam Gunarsa (2004) menyatakan bahwapengendalian diri memiliki
beberapa fungsi yaitu:
1)
Membatasi perhatian individu terrhadap
oranglain
2)
Membatasi keinginan individu untuk
mengendalikan orang laindi lingkungannya
3)
Membatasi individu untuk bertingkah laku
negative
4)
Membantu individu untuk memenuhi
kebutuhan individu secaraseimbang.
Sebagaimana
faktor psikologis lainnya kontrol diri dipengaruhibeberapa faktor diantaranya
adalah:
1.
Faktor internal, faktor internal yang
mempengaruhi kontrol diriseseorang adalah faktor usia dan kematangan, semakin
bertambahusia, semakin baik kemampuan mengontroldiri seseorang itu.
2.
Faktor eksternal, faktor eksternal
meliputi keluarga (Hurlock,1999), dalam lingkungan keluarga terutama orangtua
akanmenentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang.
Averill
(dalam Ghufron, 2011) menggunakan istilah control personal untuk menyebut
kontrol diri. Kontrol personal mencakup 3(tiga) jenis yaitu kontrol
perilaku(behaviorcontrol),kontrol kognitif(cognitive control),dan kontrol
keputusan(decisional control).
Ketiga jenis tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)
Kontrol perilaku(behavior control)
Kontrolperilaku
menunjukkan kesiapan suatu respon yangsecara langsung dapat mempengaruhi atau
memodifikasikeadaan yang tidak menyenangkan. Kontrol perilaku dapatdibedakan
menjadi dua yaitu:
·
Kemampuan mengatur
pelaksanaan(regulatedadministration),yaitu kemampuan individu menentukansiapa
yang mengendalikan situasi atau keadaan yaitu dirinyaatau orang lain.
·
Kemampuan memodifikasi
stimulus(stimulusmodifiability),yaitu kemampuan individu mengetahui caradan
waktu menghadapi stimulus yang tidak dikehendaki.Stimulus dapat dihadapi dengan
menggunakan beberapacara di antaranya adalah mencegah atau menjauhi
stimulus,menempatkan tenggang waktu diantara rangkaian stimulusyang sedang
berlangsung, dan menghentikan stimulussebelum waktunya berakhir serta membatasi
intensitasnya.
2)
Kontrol kognitif(cognitive control)
Kontrol
kognitif menunjukkan kemampuan individu mengolahinformasi yang tidak
dikehendaki dengan cara menginterpretasi,menilai, atau menghubungkan suatu
kejadian dalam kerangkakognitif sebagaiadaptasi psikologis. Kontrol kognitif
terdiri daridua komponen yaitu:
·
Kemampuan memperoleh
informasi(information gain),yaitu kemampuan individu mengantisipasi keadaan
atauperistiwa baik atau buruk melalui pertimbangan yangobjektif terhadap
informasi yang diperoleh. Informasimengenai keadaan yang tidak menyenangkan
dapatmembantu individu untuk mengantisipasi keadaan tersebutdengan berbagai pertimbangan.
·
Kemampuan melakukan
penilaian(appraisal), yaitukemampuan menilai dan menafsirkan keadaan
atauperistiwa tertentu dengan memperhatikan segi-segi positifsecara objektif.
3)
Kontrol keputusan(decisional control)
Kontrol
keputusan menunjukkan kemampuan individumenentukan hasil atau tujuan yang
diinginkan.Kontrolkeputusan dapat berfungsi dengan baik apabila
terdapatkesempatan dan kebebasan dalam diri individu untuk memilikiberbagai
kemungkinan tindakan.
Teori
ini merupakan teori yang lengkap dan sudah mencakupaspek-aspek yang ingin
diteliti karena itu teori yang akan digunakandalam penelitian ini, teori
berdasarkan pendapat Averill.
2.Jenis-Jenis Kontrol
Diri
Menurut Block and Block
(dalam Ghufron, 2011) ada tiga jeniskontrol yaitu:
a)
Over control, yaitu kontrol yang
berlebihan dan menyebabkan seseorang banyak mengontrol dan menahan diri untuk
bereaksi terhadap suatu stimulus.
b)
Under control, yaitu kecenderungan untuk
melepaskan implus yang bebas tanpa perhitungan yang masak.
c)
Approprite control, yaitu kontrol yang
memungkinkan individu mengendalikan implusnya secara tepat.
3. Perkembangan Kontrol
Diri
Perkembangan
kontrol diri vasta dkk (dalam Ghufron, 2011)bahwa perilaku anak pertama kali di
kendalikan oleh kekuatan eksternal. Secara perlahan-lahan kontrol eksternal
tersebut diinternalisasikan kontrol internal, salah satu caranya dengan melalui
kondisioning kliasikal. Menurut Calhoun dan Acocella (1995) langkah penting
dalam perkembangan bayi adalah proses belajar melalui kondisioning klasikal.
Orang tua menpunyai nilai yang tinggi karena bayi secara instingtif
mengasosiasikan orang tuanya sebagai stimulus yang menyenangkan, seperti makanan,
kehangatan, dam pengasuhan.Pada akhir tahun pertama bayi mengalami kemajuan
dalam hal kontrol diri. Bayi mulai memenuhi perintah dari orang tuanya untuk menghentikan
perilakunya.Pada tahun ketiga ketika anak sudah mulaimenolak segala sesuatu
yang dilakukan untuknya dan menyatakan keinginannya untuk melakukan
sendiri.Kontrol eksternal padaawalnya didapatkan anak melalui instruksi verbal
dari orang tuanya.Setelah tiga tahun kontrol diri menjadi lebih terperinci daripengalaman.Anak
menekan dan harus belajar menolak gangguan sewaktu melakukan pekerjaan dan
menunda hadiah langsung yang menarik untuk memperoleh hadiah yang lebih besar
atau lebih pentingdi kemudian hari.Menurut Calhoun dan Acocella (1990),
kedudukanorang tua bernilai tinggi sehingga persetujuan dan
ketidaksetujuansecara emosional memberika hadiah dan hukuman bagi anak dan ini mempunyai
kekuatan membujuk anak untuk menunda kepuasan sesaat untuk kepentingan yang
lebih besar yaitu hadiah jangka panjang.Kontrol diridilakukan guna mengurangi
perilaku berlebihan yang dapat memberikan kepuasan sesaat. Kemampuan mengontrol
diri berkembang seiringa dengan bertambahnya usia. Pada remaja kemampuan
mengontrol diri berkembang seiring dengan kematangan emosi. Remaja dikataka
sudah mencapai kematangan emosi apabila pada akhir masa remajanya tidak meledak
emosinya di hadapan orang lain. Akan tetapi menunggu saat dan tempat yang lebih
tepat untuk mengungkapkan emosinya denga cara yang lebih mudah di terima.
Sumber:
Digilib.uinsby.ac.id/327/5/Bab.2.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar