Sabtu, 28 November 2015

Kontrol Diri



Kontrol Diri
1.Pengertian Kontrol Diri
Menurut Chaplin (2002) kontrol diri adalah kemampuan untukmembimbing tingkah lakunya sendiri; kemampuan untuk menekanatau merintangi impuls-implus atau tingkah laku yangimpulsif.
Kontrol diri didefinisikan Roberts (dalam Ghufron, 2011) sebagaisuatu jalinan yang secara utuh atau terintegrasi antara individu denganlingkungannya. Individu yang memiliki kontrol diri tinggi berusahamenemukan dan menerapkan cara yang tepat untuk berperilaku dalamsituasi yang bervariasi. Kontrol diri mempengaruhi individu untukmengubah perilakunya sesuai dengan situasi sosial sehingga dapatmengatur kesan lebih responsif terhadap petunjuk situasional,fleksibel, dan bersikap hangat serta terbuka.
Marvin R. Goldfried dan MichaelMerbaum (dalam Ghufron,2011)berpendapat kontrol diri secara fungsional didefinisikan sebagaikonsep dimana ada atau tidak adanya seseorang memiliki kemampuanuntuk mengontrol tingkah lakunya yang tidak hanyaditentukan caradan teknik yang digunakan melainkan berdasarkan konsekuensi dariapa yang mereka lakukan.
Hurlock (1990) mengatakan kontrol diri berkaitan denganbagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongandalam dirinya.
Menurut Berk dalam Gunarsa (2004), kontrol diri adalahkemampuan individu utuk menahan keinginan atau dorongan sesaatyang bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengannorma sosial.
Menurut Calhoun dan Acocella (1995) Mengenai pengertiankontrol diri, beberapa psikolog penganut behaviorisme memberikanbatasan-batasan. Batasan tersebut adalah sebagai berikut: seseorangmenggunakan kontrol dirinya, bila demi tujuan jangka panjang,individu dengan sengaja menghindari perilaku yang biasa dikerjakanatau yang segera memuaskannya yang tersedia secara bebas baginya,tetapi malah menggantinya dengan perilaku yang kurang biasa ataumenawarkan kesenangan yang tidak segera dirasakan.
Berdasarkan dari beberapa uraiandi atas makadapat ditegaskanbahwa yang dimaksud kontrol diri dalam bentuk penelitian ini adalahkemampuan seseorang untuk menahan keinginan dan mengendalikantingkah lakunya sendiri, mampu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang berhubungandengan oranglain,lingkungan, pengalamandalam bentukfisik maupun psikologis untukmemperoleh tujuan di masa depan dan dinilai secara sosial.
Mesina & Messina dalam Gunarsa (2004) menyatakan bahwapengendalian diri memiliki beberapa fungsi yaitu:
1)      Membatasi perhatian individu terrhadap oranglain
2)      Membatasi keinginan individu untuk mengendalikan orang laindi lingkungannya
3)      Membatasi individu untuk bertingkah laku negative
4)      Membantu individu untuk memenuhi kebutuhan individu secaraseimbang.
Sebagaimana faktor psikologis lainnya kontrol diri dipengaruhibeberapa faktor diantaranya adalah:
1.      Faktor internal, faktor internal yang mempengaruhi kontrol diriseseorang adalah faktor usia dan kematangan, semakin bertambahusia, semakin baik kemampuan mengontroldiri seseorang itu.
2.      Faktor eksternal, faktor eksternal meliputi keluarga (Hurlock,1999), dalam lingkungan keluarga terutama orangtua akanmenentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang.
Averill (dalam Ghufron, 2011) menggunakan istilah control personal untuk menyebut kontrol diri. Kontrol personal mencakup 3(tiga) jenis yaitu kontrol perilaku(behaviorcontrol),kontrol kognitif(cognitive control),dan kontrol keputusan(decisional control).
Ketiga jenis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)      Kontrol perilaku(behavior control)
Kontrolperilaku menunjukkan kesiapan suatu respon yangsecara langsung dapat mempengaruhi atau memodifikasikeadaan yang tidak menyenangkan. Kontrol perilaku dapatdibedakan menjadi dua yaitu:
·         Kemampuan mengatur pelaksanaan(regulatedadministration),yaitu kemampuan individu menentukansiapa yang mengendalikan situasi atau keadaan yaitu dirinyaatau orang lain.
·         Kemampuan memodifikasi stimulus(stimulusmodifiability),yaitu kemampuan individu mengetahui caradan waktu menghadapi stimulus yang tidak dikehendaki.Stimulus dapat dihadapi dengan menggunakan beberapacara di antaranya adalah mencegah atau menjauhi stimulus,menempatkan tenggang waktu diantara rangkaian stimulusyang sedang berlangsung, dan menghentikan stimulussebelum waktunya berakhir serta membatasi intensitasnya.
2)      Kontrol kognitif(cognitive control)
Kontrol kognitif menunjukkan kemampuan individu mengolahinformasi yang tidak dikehendaki dengan cara menginterpretasi,menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam kerangkakognitif sebagaiadaptasi psikologis. Kontrol kognitif terdiri daridua komponen yaitu:
·         Kemampuan memperoleh informasi(information gain),yaitu kemampuan individu mengantisipasi keadaan atauperistiwa baik atau buruk melalui pertimbangan yangobjektif terhadap informasi yang diperoleh. Informasimengenai keadaan yang tidak menyenangkan dapatmembantu individu untuk mengantisipasi keadaan tersebutdengan berbagai pertimbangan.
·         Kemampuan melakukan penilaian(appraisal), yaitukemampuan menilai dan menafsirkan keadaan atauperistiwa tertentu dengan memperhatikan segi-segi positifsecara objektif.
3)      Kontrol keputusan(decisional control)
Kontrol keputusan menunjukkan kemampuan individumenentukan hasil atau tujuan yang diinginkan.Kontrolkeputusan dapat berfungsi dengan baik apabila terdapatkesempatan dan kebebasan dalam diri individu untuk memilikiberbagai kemungkinan tindakan.
Teori ini merupakan teori yang lengkap dan sudah mencakupaspek-aspek yang ingin diteliti karena itu teori yang akan digunakandalam penelitian ini, teori berdasarkan pendapat Averill.
2.Jenis-Jenis Kontrol Diri
Menurut Block and Block (dalam Ghufron, 2011) ada tiga jeniskontrol yaitu:
a)      Over control, yaitu kontrol yang berlebihan dan menyebabkan seseorang banyak mengontrol dan menahan diri untuk bereaksi terhadap suatu stimulus.
b)      Under control, yaitu kecenderungan untuk melepaskan implus yang bebas tanpa perhitungan yang masak.
c)      Approprite control, yaitu kontrol yang memungkinkan individu mengendalikan implusnya secara tepat.
3. Perkembangan Kontrol Diri
Perkembangan kontrol diri vasta dkk (dalam Ghufron, 2011)bahwa perilaku anak pertama kali di kendalikan oleh kekuatan eksternal. Secara perlahan-lahan kontrol eksternal tersebut diinternalisasikan kontrol internal, salah satu caranya dengan melalui kondisioning kliasikal. Menurut Calhoun dan Acocella (1995) langkah penting dalam perkembangan bayi adalah proses belajar melalui kondisioning klasikal. Orang tua menpunyai nilai yang tinggi karena bayi secara instingtif mengasosiasikan orang tuanya sebagai stimulus yang menyenangkan, seperti makanan, kehangatan, dam pengasuhan.Pada akhir tahun pertama bayi mengalami kemajuan dalam hal kontrol diri. Bayi mulai memenuhi perintah dari orang tuanya untuk menghentikan perilakunya.Pada tahun ketiga ketika anak sudah mulaimenolak segala sesuatu yang dilakukan untuknya dan menyatakan keinginannya untuk melakukan sendiri.Kontrol eksternal padaawalnya didapatkan anak melalui instruksi verbal dari orang tuanya.Setelah tiga tahun kontrol diri menjadi lebih terperinci daripengalaman.Anak menekan dan harus belajar menolak gangguan sewaktu melakukan pekerjaan dan menunda hadiah langsung yang menarik untuk memperoleh hadiah yang lebih besar atau lebih pentingdi kemudian hari.Menurut Calhoun dan Acocella (1990), kedudukanorang tua bernilai tinggi sehingga persetujuan dan ketidaksetujuansecara emosional memberika hadiah dan hukuman bagi anak dan ini mempunyai kekuatan membujuk anak untuk menunda kepuasan sesaat untuk kepentingan yang lebih besar yaitu hadiah jangka panjang.Kontrol diridilakukan guna mengurangi perilaku berlebihan yang dapat memberikan kepuasan sesaat. Kemampuan mengontrol diri berkembang seiringa dengan bertambahnya usia. Pada remaja kemampuan mengontrol diri berkembang seiring dengan kematangan emosi. Remaja dikataka sudah mencapai kematangan emosi apabila pada akhir masa remajanya tidak meledak emosinya di hadapan orang lain. Akan tetapi menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya denga cara yang lebih mudah di terima.
Sumber:
Digilib.uinsby.ac.id/327/5/Bab.2.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar